Assalammualaikum….
“Merantau bukan soal jauh, namun
lebih tepatnya seberapa banyak pengalaman yang di dapat” anak rantau.
Kesempatan merantau tak mungkin
bisa dirasakan setiap orang. Adakalanya wanita harus patuh pada kodratnya,
dirumah. Pemikiran hingga kekhawatiran menjadi faktor utama. Untuk bisa
meyakinkan diri bahwa individu bisa bertahan dan menjalani kehidupannya di
lingkungan yang berbeda, dan menjadi makhluk sosial dengan segala perbedaan.
Misal, dari pekerja yang super
keren di sebuah kantor kemudian di tanah rantau harus berhasil menekan egoisnya
dengan bekerja serabutan.
Tidak sedikit, kesempatan itu
diambil. Banyak cerita tentang anak muda yang rela meninggalkan rumah kemudian
harus dan mau menjalani kehidupan asing di negara lain. Bahkan menjadi pekerja
kasar pada bulan – bulan pertama. Mereka mengandalkan kemampuan diri untuk bisa
terus bertahan dan berhasil di tempat asing tersebut.
Keahlian, selain dari ilmu yang
didapat dalam kelas lalu mendapat ijazah. Keahlian merupakan bekal yang harus
disiapkan. Dengan keunikan ataupun ciri
khas dari hal yang bisa kita lakukan, akan membuat kita mempunyai banyak
peluang lebih berhasil.
Empat tahun lalu, aku merantau
dengan bekal yang cukup minim. Persiapan kelas bahasa asing hanya 2 (dua) bulan
dan sebulan praktek kerja di sebuah rumah mewah di wilayah Araya. Yups, hari
pertama aku gagal. Gagal mengerjakan pekerjaan baru, bahkan memasak untuk diri
sendiri tak bisa. Hingga esoknya aku dimasakan oleh Ibu Dewi – pemilik rumah.
Dari pekerja
keuangan, anak manja,dan semua disediakan orangtua untuk urusan rumah. Pada saat
itu aku harus siap mengerajakan pekerjaan rumah yang super duper berbeda dari
sekedar bantu ibu beres-beres rumah di hari minggu. Pengalaman pertama yang
lebih horor kalau itu berada di rumah mertua.
***
Kekayaan
berpikir, olah emosi dan menekan egois adalah manfaat merantau yang sangat aku
rasakan. Banyak sahabat, selalu berada dengan kebaikan dan mengambil hikmah
dari kejadian buruk. Penanganan suatu masalah terlatih dengan sangat baik. Bersyukur
saat sedihpun menjadi kebiasaan, karena ujian terberat telah terlewati dengan
baik. Alhamdulillah…
Perlahan
diri semakin matang menyikapi permasalahan hidup. Karena saat di rantau,
penyelesaian masalah hanya diri yang harus menuntaskan. Bisa meminta nasehat,
solusi kepada orang terdekat. Namun semua tindakan hanya diri yang harus mampu
membuat masalah itu menjadi pembelajaran.
Hingga diri
menyadari. Bahwa kebaikan selalu bergandengan dengan keburukan, masalah selalu
ada penyelesaian dan musibah akan ada hikmah. Itulah sunatullah…
Jika
wanita adalah madrasah pertama dari anak-anaknya. Maka itulah alasan kenapa aku
tak pernah menemukan cela untuk berpikir berhenti belajar. Apapun yang
dikerjakan harus mempunyai target, target saat ini maupun jangka panjang. Tak apa
jika pengalaman itu buruk, namun ingat selalu pengalaman tersebut harus membuat
diri semakin sering mendekatkan diri pada Allah Ta’ala dan mempelajari Al Quran
dan Sunnah.
Alhamdulillah…
Hong Kong menjadi negara yang mengajarkan kehidupan rantau. Bertemu dengan
wanita-wanita sholeha, Ibu dari anak yang cerdas – istri dari suami yang
tangguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar