Selasa, 28 Februari 2017

Kekayaan pengalaman anak rantau


Assalammualaikum….

“Merantau bukan soal jauh, namun lebih tepatnya seberapa banyak pengalaman yang di dapat” anak rantau.

Kesempatan merantau tak mungkin bisa dirasakan setiap orang. Adakalanya wanita harus patuh pada kodratnya, dirumah. Pemikiran hingga kekhawatiran menjadi faktor utama. Untuk bisa meyakinkan diri bahwa individu bisa bertahan dan menjalani kehidupannya di lingkungan yang berbeda, dan menjadi makhluk sosial dengan segala perbedaan.

Misal, dari pekerja yang super keren di sebuah kantor kemudian di tanah rantau harus berhasil menekan egoisnya dengan bekerja serabutan.

Tidak sedikit, kesempatan itu diambil. Banyak cerita tentang anak muda yang rela meninggalkan rumah kemudian harus dan mau menjalani kehidupan asing di negara lain. Bahkan menjadi pekerja kasar pada bulan – bulan pertama. Mereka mengandalkan kemampuan diri untuk bisa terus bertahan dan berhasil di tempat asing tersebut.

Keahlian, selain dari ilmu yang didapat dalam kelas lalu mendapat ijazah. Keahlian merupakan bekal yang harus disiapkan. Dengan  keunikan ataupun ciri khas dari hal yang bisa kita lakukan, akan membuat kita mempunyai banyak peluang lebih berhasil.

Empat tahun lalu, aku merantau dengan bekal yang cukup minim. Persiapan kelas bahasa asing hanya 2 (dua) bulan dan sebulan praktek kerja di sebuah rumah mewah di wilayah Araya. Yups, hari pertama aku gagal. Gagal mengerjakan pekerjaan baru, bahkan memasak untuk diri sendiri tak bisa. Hingga esoknya aku dimasakan oleh Ibu Dewi – pemilik rumah.

Dari pekerja keuangan, anak manja,dan semua disediakan orangtua untuk urusan rumah. Pada saat itu aku harus siap mengerajakan pekerjaan rumah yang super duper berbeda dari sekedar bantu ibu beres-beres rumah di hari minggu. Pengalaman pertama yang lebih horor kalau itu berada di rumah mertua.
***
Kekayaan berpikir, olah emosi dan menekan egois adalah manfaat merantau yang sangat aku rasakan. Banyak sahabat, selalu berada dengan kebaikan dan mengambil hikmah dari kejadian buruk. Penanganan suatu masalah terlatih dengan sangat baik. Bersyukur saat sedihpun menjadi kebiasaan, karena ujian terberat telah terlewati dengan baik. Alhamdulillah…
Perlahan diri semakin matang menyikapi permasalahan hidup. Karena saat di rantau, penyelesaian masalah hanya diri yang harus menuntaskan. Bisa meminta nasehat, solusi kepada orang terdekat. Namun semua tindakan hanya diri yang harus mampu membuat masalah itu menjadi pembelajaran.
Hingga diri menyadari. Bahwa kebaikan selalu bergandengan dengan keburukan, masalah selalu ada penyelesaian dan musibah akan ada hikmah. Itulah sunatullah…
***
Jika wanita adalah madrasah pertama dari anak-anaknya. Maka itulah alasan kenapa aku tak pernah menemukan cela untuk berpikir berhenti belajar. Apapun yang dikerjakan harus mempunyai target, target saat ini maupun jangka panjang. Tak apa jika pengalaman itu buruk, namun ingat selalu pengalaman tersebut harus membuat diri semakin sering mendekatkan diri pada Allah Ta’ala dan mempelajari Al Quran dan Sunnah. 
Alhamdulillah… Hong Kong menjadi negara yang mengajarkan kehidupan rantau. Bertemu dengan wanita-wanita sholeha, Ibu dari anak yang cerdas – istri dari suami yang tangguh.
 
 
After Quality Time With partner
at the Ammar Mosque - Wanchai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar