Labor department,
salah satu bagian dalam pelayanan untuk masyarakat khususnya pekerja Indonesia
yang ada di luar negeri. Devisi ini hanya ada dibeberapa Negara, dan Hong Kong
menjadi Negara yang memiliki lebih banyak staf di banding negara lain. Dengan
jumlah 170.000 warga Indonesia dari sektor pekerja hingga mahasiswa yang harus
dilayani.
Sejak awal mendapat amanah melanjutkan magang di Konsulat Republik Indonesia di Hong Kong, ada rasa khawatir dengan komitmen di salah satu devisi organisasi dimana aku telah menjadi anggota selama setahun disana.
KJRI
sendiri menjadi rumah bagi seluruh WNI, namun tidak dalam pendapatku. Dari
beberapa sebab, aku sedikit tidak percaya dengan sebutan rumah pada KJRI sejak
awal kedatanganku 2012 silam.
***
Mengenal
lebih dekat KJRI adalah di saat Pemilu pertama 2014, disaat aku ingin
menggunakan hak pilih sebagai WNI. Terlihat Bapak Konjen begitu ramah dan penuh
senyum dengan semua yang hadir di TPU. Lapangan rumput Victoria Park disulap menjadi tempat hajatan Republik Indonesia.
Betapa terkenalnya beliau dikalangan pekerja Indonesia, hingga tak sedikit yang
meminta foto bersama. Dari sana aku mulai menghilangkan rasa tidak nyamanku.
***
Di
tahun 2014, pemberitaan kandidat Presiden Indonesia mulai memenuhi acara di
media masa. Akses internet yang sangat cepat menjadi faktor utama kami di Hong
Kong bisa segera menerima berita tentang negeri tercinta.
Tak
berselang lama, kampus mengadakan seleksi untuk menjaring panitia administrasi
untuk PEMILU-President 2014 pertama di Luar Negeri. Tepatnya di Hong Kong, yang
berpenghuni puluhan ribu WNI.
Seleksi
ketat mengantarkan 3 orang diangkatanku menjadi panitia:· Satu di Zona Merah, yaitu mendata peserta dari awal masuk untuk selanjutnya terbagi menjadi 3 keputusan (langsung ke Kamar pemilihan, ke Zona Kuning untuk kelengkapan data, dan pendaftaran pertama).
· Satu di Zona Kuning, yaitu mengisi kelengkapan data peserta untuk selanjutnya kembali ke Zona Merah, dengan pendataan lengkap maka bisa menggunakan hak pilihnya.
· Satu panitia di tenda pemilihan.
***
Acara
berlangsung sejak pagi hingga sore hari di lapangan, dengan cuaca tidak
menentu. Saat itu musim summer dengan
suhu 33-35 derajat, dan dibarengi dengan hujan deras.Alhamdulillah, para peserta tepat waktu mengantri dan bersedia bekerjasama dibawah guyuran hujan, dan terik matahari.
Yang
aku ingat sekali adalah, mereka bersedia membantu memayungi panitia yang
bekerja dan menata meja yang saat itu menjadi tempat sarana prasarana. Beberapa
laptop panitia basah terkena air hujan dan bekerja ekstra menyelamatkan
lembaran dokumen penting.
Dari
sistem pendaftaran dibuat melalui 2 (dua) alternatif pencoblosan, melalui Pos
dan datang langsung ke TPU. Namun sebagian besar peserta menggunakan hak
pilihnya dengan datang langsung.
Dengan jadwal ijin hingga 5 p.m. Polisi lokal sudah memberi peringatan di jam 4.30 p.m untuk segera menyelesaikan acara, mengingat antrian masih panjang. Diberi tenggang waktu hingga 5.15 p.m.
Peristiwa
tak diinginkan terjadi, ada beberapa WNI yang ingin menggunakan hak pilihnya.
Namun waktu ijin oleh pihak pemilik sudah ditetapkan. Mereka merasa kecewa, karena
hak pilihnya tak bisa digunakan.
Inilah
pengalaman pertama menghadapi sebuah protes dari sesama WNI namun tidak sepaham
dengan kepatuhan pada sistem yang telah ditetapkan pemerintah.
Belajar
untuk lebih bijak dalam menentukan sikap, dan sudah tak asing lagi dengan
namanya diprotes oleh sesama.
***
Maret 2016
Saat
memasuki ruang kerja, ada berita bahwa salah satu petugas tidak menerima
laporan dari PMI. Yang tak lain adalah saya, menurut atasan kerja.
“Kamu
jangan kaget dengan yang beginian ya Nurma”, nasehat Bapak atasan.
Kaget
adalah rasa yang muncul saat pertama kali mengalami suatu hal, menurutku. Aku
sendiri sudah pernah menjadi posisi saksi diprotes puluhan pendemo. Dan ini
adalah hal kedua.
Namun
yang menjdai konsentrasiku adalah, rasa bersalah karena mengecewakan orang
lain.
Sesuai
peraturan, jam untuk pengaduan adalah dibuka 12 p.m – 3 p.m. Pun jika banyak
pengaduan, kami memberi waktu hingga 30 menit kemudian.Ya, tak semua orang memahami peraturan. Dan semua orang bisa mengomplain hak mereka yang tak terpenuhi. Tapi untukku pribadi, akan banyak belajar dari dunia kerja ini.
Mohon
maaf kepada teman yang merasa kecewa dengan pelayanan selama aku bertugas.
Semoga menjadi koreksi diri untuk lebih baik.
***
Dunia
kerja yang penuh resiko akhirnya aku geluti. Dari tak ingin mengenal hingga
harus bersedia menjaga integritas tempat kerja. Alhamdulillah. aku harus siap dengantantangan selanjutnya di depan sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar