Selasa, 20 Januari 2015

Sinopsis Fiksi


Pengabdia Putri Ketujuh

Oleh : Nurma Yunita

 

     Shella (20 tahun) adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Keturunan orang terkaya di Desa Kanigoro. Dengan kecerdasan yang dimilikinya, mampu membawanya terkenal di Desa. Mengajar sepuluh anak dengan jadwal senin hingga kamis. Setiap kamis malam, ia merasa ada yang aneh dengan ruang belajar. Bau melati di jam 5 sore mulai mengharum hingga jam 7 malam. Padahal tak ada tanaman melati di Desa.

     Kamis ketiga di setiap bulan, Shella meliburkan anak didiknya. Mereka keberatan, karena setiap jum’at adlah pelajaran Matematika dengan guru super nyebelin. Ia tak punya pilihan. Karena rasa khawatir akan keselamatan anak-anak itu lebih utama. Salah seorang anak, menanyakan alasannya. Shella mengelak. Anak tersebut sungguh kecewa. Hingga jam 5 tetap dirumah Shella.

     Shella ingin mengantar anak itu. Rumahnya jauh di Desa tetangga. Takut dihatinya lebih memuncak, saat keluar rumah. Ia mencium bau melati itu. Tapi ia juga merasa penasaran dengan hal yang sebenarnya. Keyakinannya membawa keberanian. Dengan mengantar sekaligus mengawasi tempat yang ia curigai. Mentari senja membuatnya tak ragu.

     Anak laki-laki itu, Irfan (10 tahun). Ia mulai mengawasi gurunya. Heran. Namun ia ingin menghilangkan hari libur yang seharusnya ia nikmati bersama rumus dari guru favoritnya, Shella. Ia mulai mendekat kepada Shella. Menanyakan hal yang sebenarnya. Shella tetap bergeming. Namun gerak-geriknya sungguh mencurigakan bagi Irfan.

     Malam mulai nampak, Desa Kanigoro mulai terlihat menjauh. Wangi itu tetap mengikuti Shella, hanya shella yang menciumnya. Berjalan dengan pencahayaan senter di kegelapan, membuat pandangan terbatas. Terlihat cahaya putih terang. Shella dan Irfan mengamati dan segera menuju tempat itu.

     Rumah sederhana di tengah persawahan. Terlihat seorang bapak tampan mengaji dengan alunan qiro’ah yang merdu. Mereka menghampiri bapak tersebut. Shella mengucapkan salam. Aroma itu semakin mengharum dirumah ini.  Saat pintu terbuka, Suasana rumah di kerajaan jawa. Bapak Ridwan (35 tahun), memberi tumpangan sholat untuk mereka berdua. Waktu terasa lambat.

     Shella dan Irfan tiba-tiba tertidur. Dalam tidurnya mereka bertemu. Mendengar Bapak Ridwan memberi penjelasan untuk mereka berdua agar tidak meninggalkan sholat jamaah. Karena shella adalah gadis incaran para pangeran dari Kerajaan Nirwana. Setiap hari kamis minggu ketiga, pangeran tersebut keluar kerajaan membawa bunga melati sebagai tanda lamaran. Shella memiliki kakek seorang raja yang terasing.

     Shella mulai merasa kedinginan dan terbangun. Irfan berada disampingnya mulai membuka mata. Mereka terheran. Dan berpamitan pulang. Namun dilangkah kesepuluh, mereka dihadang seorang pria gagah berpakaian bak seorang Wali,Pangeran Tirtoyudo (23 tahun).

     Dengan setangkai melati, melamar Shella tanpa permisi. Shella tertegun. Pangeran tirtoyudo menyematkan cincin tangkai melati pada jari manis Shella, disaksikan Irfan.

     Suasana berubah menjadi taman cantik, terang benderang nan indah. Shella terpesona dengan keindahan itu. Tak dihiraukan Irfan dan Pangeran Tirtoyudo, ia melangkah mendekati pohon bunga melati. Dengan bismillah ia memetik kertas yang menggelantung dipucuk pohon. Dibacanya sebuah pesan dari kakek buyutnya, untuk terus mengabdi di Desa, hingga cukup usia untuk tinggal di Kerajaan. Dan memimpin perkumpulan anak-anak keturunan raja. Ia hafalkan silsilah keluarga di kertas tersebut.

     Ia gulung kertas itu. Perlahan taman mulai gelap dan Pangeran Tirtoyudo berubah berpenampilan pria biasa. Dijelaskannya sebab dari kejadian itu. Bahwa kerajaan membutuhkan peran seorang Shella yang merupakan keturunan ketujuh Keluarga kerajaan untuk menyelamatkan kecerdasan anak-anak kerajaan.

     Shella sendiri memiliki tunangan. Sakti(22 tahun), pemuda sederhana dan sholeh. Berjanji menikahi Shella satu tahun lagi.

     Pangeran Tirtoyudo bersedia menjelaskan kepada Sakti. Shella tidak yakin, karena Sakti bukan orang yang mudah percaya orang lain. Walaupun dia penyabar.

     Hari Minggu, Shella mengajak anak-anak menikmati olahraga pagi di Stadion Kanjuruhan. Shella, Sakti, Pangeran Titoyudo bertemu tanpa sengaja. Sakti dan Pangeran Tirtoyudo segera menggenggam tangan Shella. Mereka berdua, Sakti dan Pangeran Tirtoyudo adalah saudara sebuyut.

     Shella memilih tetap tinggal bersama orang tuanya di Desa Kanigoro dengan tetap mengunjungi rumah Pak Ridwan untuk tanggung jawabnya sebagai keturunan Kerajaan dengan mengajar anak-anak Kerajaan di jadwal yang ditentukan.

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar