Taxi
KL 3801
Oleh
: Nurma
Yunita
“Kalian harus mengganti senilai dengan harganya!”
“Bapak, bukan kami yang menghilangkan. Tugas anggota yang
piket hari ini sudah jelas. Mohon maaf atas kejadian ini. Berapa nilainya,
Pak?”
“Berkisar HK$15.000, Saya tidak mau tau ya, Nak. Kalian
harus menemukannya.”
Percakapan di ruang kantor Saint Mary’s University, Unit
1 C 1st Floor – Wing Lok Street Trade Center. Seakan guntur
menyambar relung hati kami, Maroon Family.
Hari dimana tugas piket kelas terjadwal untuk kami ber
12, ditambah beberapa teman lain. Bukan masalah untuk bergantian menyerahkan
alat-alat praktikum pelajaran ke kantor kampus yang berjarak lumayan jauh. Toh,
boleh menggunakan jasa taksi.
Namun kabar tertinggalnya sebuah proyektor di dalam bagasi
taksi, menjadi masalah besar yang harus dihadapi. Dengan rute taksi seluruh
Hong Kong Island yang begitu luas.
Minggu di 13 Mei 2013, jam 5 p.m
Geram—hati mengiba—panik—diam tak satupun bersuara selama
beberapa menit saat memasuki lift dari kantor menuju pintu keluar. Catatan plat
nomor taxi digenggam salah satu diantara kami, Kak Cichi. Dalam kebingungan,
dia sempat terbawa emosi. Menelpon pihak yang telah diberi tanggung-jawab,
namun mereka tak bisa mempertanggung-jawabkannya. Berlalu tak mau tahu.
***
Bulan terus mengitari bumi sesuai waktu-Nya. Mentari
mulai tergantikan malam. Gelap menggelayuti hatiku. Wajah-wajah
letih—kecewa—pasrah nampak jelas di antara kami. Rasa lapar tak mampu menutupi
kepanikan.
Masing-masing berpikir solusi. Tangga pintu keluar gedung
menjadi saksi bisu.
Kak Nisa mencoba searching
nomor pusat taxi Hong Kong Island, berbekal secuil kertas bertuliskan plat
nomor taxi itu. Pemandangan rapih para muslimah yang sibuk memencet tombol di gadget masing-masing menjadi pusat
perhatian pengguna jalan.
“Sudah jam segini belum pulang, Mbak?”
“Masih mencari informasi hingga menemukan taxi itu, Bu….”
“Sudah hampir Isya’, jam 6 p.m ini. Kalian hati-hati ya.”
Ibu kepala kantor begitu mencemaskan kami. Dengan tak di
dapatnya informasi dari puluhan operator pusat taxi Hong Kong. Pesimis itu
semakin menjalar dalam pikiran.
Kak Nisa meneliti layar i-phonenya, “tinggal 3 nomor yang
tersisa. Kita coba sekali lagi, jika memang takdir-Nya hilang. Kita siap
menggantinya. Ok?”
“Bismillah,” serempak kami menekan nomor yang berbeda.
Setelah mencari
informasi. Nihil. Selesai sudah usaha kami. Aku yang sejak tadi terus memohon
kepada-Nya. Seperti saat satu tas dokumen kependudukan Hong Kong dan kampusku
tertinggal di kursi penumpang taksi. Dengan berpasrah atas jalan-Nya. Keajaiban
yang terus kuyakini. Istighfar serta dzikir terus menggema di relung hatiku.
***
Putus asa mengitari kami. Taksi berlalu-lalang tanpa
henti. Gelapnya Wing Look Street tak menghalangiku terus mengawasi plat nomor
yang telah hafal, akibat menyebutkannya berpuluh kali kepada operator.
Suara mobil itu terngiang di telinga. Do’a semakin lancar
di lisan. 1, 2, 3 hingga 10 taksi dengan warna merah-putih melintas di
hadapanku.
“Sudah jam 8 p.m ini, aku harus pulang. Maaf gak bisa
ikut mencari. Aku pamit ya.”
“Kak Siska hati-hati di jalan,terimakasih sudah menemani
kami.” Salam dan pelukan aku daratkan kepadanya.
Belum terlepas dari tubuh teman. suara taksi mengusik
pendengaranku untuk melihatnya. Seketika aku menoleh ke jalan raya.
“Kakak!!! Allohu Akbar!! Taksi!!! Stop! Stop!” Berlari
dengan gamis panjang mengejar taksi ber plat nomor KL 3801. Klakson mobil lain
tak terdengar olehku.
“Nurma!! Minggir, ada mobil lain.” Suara Kak Cichi
menyadarkanku. Tubuhku berada di tengah jalan. Kekacauan yang kutimbulkan
membuat penghuni sekitar menyaksikan dengan terpanah.
Taksi berhenti dan
terlihat Kak Nisa mengetuk pintu pengemudinya. Bahasa Cantonese Kak Nisa lebih
fasih. Kami memperhatikan adegan dengan tangis haru. Syukur terus kami ucapkan,
berpelukan dan mencurahkan semua kecemasan selama 3 jam berharap.
***
Pencarian KL 3801 telah kami temukan dengan cara-Nya yang
memberiku anugerah penglihatan jeli. Dengan supir yang berbeda saat pertama
kami mengantar teman sore tadi. Sungguh janji Tuhan begitu nyata.
“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah
SWT itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbilah seraya memuji
Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS Al-Ghafir : 55)
Sujud syukur, atas pertolong-Nya. Vonis HK$ 15.000 yang
setara dengan 5x gaji pekerjaanku telah berganti dengan haru tangis bersama
Maroon Family. Ukhuwah kita semakin merekat oleh ujian ini.
Kalian adalah teman, saudara dan keluargaku hingga kelak
kita bertemu di syurga-Nya. Aamiin.
Like...like...like!!!
BalasHapusAna uhibuki fillah ya Ukhty... :)
BalasHapus