Selasa, 03 Maret 2015

Untuk cerita kita #MF


Taxi KL 3801

Oleh    :           Nurma Yunita

 

            “Kalian harus mengganti senilai dengan harganya!”

            “Bapak, bukan kami yang menghilangkan. Tugas anggota yang piket hari ini sudah jelas. Mohon maaf atas kejadian ini. Berapa nilainya, Pak?”

            “Berkisar HK$15.000, Saya tidak mau tau ya, Nak. Kalian harus menemukannya.”

            Percakapan di ruang kantor Saint Mary’s University, Unit 1 C 1st Floor – Wing Lok Street Trade Center. Seakan guntur menyambar relung hati kami, Maroon Family.

            Hari dimana tugas piket kelas terjadwal untuk kami ber 12, ditambah beberapa teman lain. Bukan masalah untuk bergantian menyerahkan alat-alat praktikum pelajaran ke kantor kampus yang berjarak lumayan jauh. Toh, boleh menggunakan jasa taksi.

            Namun kabar tertinggalnya sebuah proyektor di dalam bagasi taksi, menjadi masalah besar yang harus dihadapi. Dengan rute taksi seluruh Hong Kong Island yang begitu luas.

            Minggu di 13 Mei 2013, jam 5 p.m

            Geram—hati mengiba—panik—diam tak satupun bersuara selama beberapa menit saat memasuki lift dari kantor menuju pintu keluar. Catatan plat nomor taxi digenggam salah satu diantara kami, Kak Cichi. Dalam kebingungan, dia sempat terbawa emosi. Menelpon pihak yang telah diberi tanggung-jawab, namun mereka tak bisa mempertanggung-jawabkannya. Berlalu tak mau tahu.

***

            Bulan terus mengitari bumi sesuai waktu-Nya. Mentari mulai tergantikan malam. Gelap menggelayuti hatiku. Wajah-wajah letih—kecewa—pasrah nampak jelas di antara kami. Rasa lapar tak mampu menutupi kepanikan.

            Masing-masing berpikir solusi. Tangga pintu keluar gedung menjadi saksi bisu.

            Kak Nisa mencoba searching nomor pusat taxi Hong Kong Island, berbekal secuil kertas bertuliskan plat nomor taxi itu. Pemandangan rapih para muslimah yang sibuk memencet tombol di gadget masing-masing menjadi pusat perhatian pengguna jalan.

            “Sudah jam segini belum pulang, Mbak?”

            “Masih mencari informasi hingga menemukan taxi itu, Bu….”

            “Sudah hampir Isya’, jam 6 p.m ini. Kalian hati-hati ya.”

            Ibu kepala kantor begitu mencemaskan kami. Dengan tak di dapatnya informasi dari puluhan operator pusat taxi Hong Kong. Pesimis itu semakin menjalar dalam pikiran.

            Kak Nisa meneliti layar i-phonenya, “tinggal 3 nomor yang tersisa. Kita coba sekali lagi, jika memang takdir-Nya hilang. Kita siap menggantinya. Ok?”

            “Bismillah,” serempak kami menekan nomor yang berbeda.

             Setelah mencari informasi. Nihil. Selesai sudah usaha kami. Aku yang sejak tadi terus memohon kepada-Nya. Seperti saat satu tas dokumen kependudukan Hong Kong dan kampusku tertinggal di kursi penumpang taksi. Dengan berpasrah atas jalan-Nya. Keajaiban yang terus kuyakini. Istighfar serta dzikir terus menggema di relung hatiku.

***

            Putus asa mengitari kami. Taksi berlalu-lalang tanpa henti. Gelapnya Wing Look Street tak menghalangiku terus mengawasi plat nomor yang telah hafal, akibat menyebutkannya berpuluh kali kepada operator.

            Suara mobil itu terngiang di telinga. Do’a semakin lancar di lisan. 1, 2, 3 hingga 10 taksi dengan warna merah-putih melintas di hadapanku.

            “Sudah jam 8 p.m ini, aku harus pulang. Maaf gak bisa ikut mencari. Aku pamit ya.”

            “Kak Siska hati-hati di jalan,terimakasih sudah menemani kami.” Salam dan pelukan aku daratkan kepadanya.

            Belum terlepas dari tubuh teman. suara taksi mengusik pendengaranku untuk melihatnya. Seketika aku menoleh ke jalan raya.

            “Kakak!!! Allohu Akbar!! Taksi!!! Stop! Stop!” Berlari dengan gamis panjang mengejar taksi ber plat nomor KL 3801. Klakson mobil lain tak terdengar olehku.

            “Nurma!! Minggir, ada mobil lain.” Suara Kak Cichi menyadarkanku. Tubuhku berada di tengah jalan. Kekacauan yang kutimbulkan membuat penghuni sekitar menyaksikan dengan terpanah.

             Taksi berhenti dan terlihat Kak Nisa mengetuk pintu pengemudinya. Bahasa Cantonese Kak Nisa lebih fasih. Kami memperhatikan adegan dengan tangis haru. Syukur terus kami ucapkan, berpelukan dan mencurahkan semua kecemasan selama 3 jam berharap.

***

            Pencarian KL 3801 telah kami temukan dengan cara-Nya yang memberiku anugerah penglihatan jeli. Dengan supir yang berbeda saat pertama kami mengantar teman sore tadi. Sungguh janji Tuhan begitu nyata.

            “Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah SWT itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbilah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS Al-Ghafir : 55)

            Sujud syukur, atas pertolong-Nya. Vonis HK$ 15.000 yang setara dengan 5x gaji pekerjaanku telah berganti dengan haru tangis bersama Maroon Family. Ukhuwah kita semakin merekat oleh ujian ini.

            Kalian adalah teman, saudara dan keluargaku hingga kelak kita bertemu di syurga-Nya. Aamiin.

 
***S E K I A N***

2 komentar: