Untuk Risa
Seperti elang,
mengepakkan sayap melintasi gedung di bukit Parker. Langit cerah berganti gelap
bersama petir menggema. Risa merindukan suara parau wanitanya. Entah jam yang
kedua atau ketiga telah berganti, yang pasti usia ke-20 terlewati di tanah
rantau bersama ledakan rindu tak bersuara.
“Ibu… bagaimana pengobatan Riri?”
“Sudah dua minggu Ia dirawat
intensif, Nduk. Adakah uang yang bisa kamu kirim bulan ini?”
Risa
meletakkan telephon gengam dengan tangan bergetar. Ia sangat mencintai
kedua wanitanya. Tapi hantinya bertanya, “dimana
lagi aku harus mencari benda yang disebut uang itu ya Alloh?”
Hidup Risa tetap diposisi tertekan.
Setidaknya, kakak dan ibunya mempunyai harapan untuk terus berusaha dengan
segala cara. Tidak bersama keluarga membuat Ia jenuh. Bukan berharap semua
berakhir, hanya kesendirian yang seakan tak berpihak kepada posisi yang Ia
jalani.
***
Lampu – lampu apartemen menyala
bergantian. Bersinar diantara gelap mendung yang menghiasi langit Lei King Wan.
Tepat jam 6 p.m hujan deras mengguyur bumi wilayah Hong Kong Island.
Hujan adalah berkah. Seperti yang
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala sampaikan dalam al-Qur’an “Dan yang menurunkan air
dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami menghidupkan dengan air
itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)”
(QS. Az-Zukhruf : 11). Harum basah tanah menyejukkan—tetesan air
berirama—dingin angin merasuk tak ada yang salah dengan keindahan ini. Tapi
kenapa masih ada manusia yang mengeluh saat hujan turun?
Bahkan saat hujan reda, awan putih
berjalan mengikuti angin di ujung bukit-bukit hijau wilayah Sau Kei wan.
Keajaiban yang tak mampu tercipta tanpa-Nya. Dedaunan bersih dari debu secara
bersamaan. Jalanan tersapu air tanpa pembersihan oleh pekerja kebersihan.
“Alhamdulillah
untuk nikmat-Mu”
Risa bukan pengeluh. Ia mampu
melalui setiap ujian, tepatnya terlatih menghadapi bahkan menyelesaikannya.
Walau terkadang air mata adalah satu-satunya cara untuk meluapkan
ketidak-mampuannya memikul kewajiban yang harus terselesaikan.
Hanya sujudnya yang menjadi
penerang—pencerah jalan pikir. Tak ada ujian yang salah. Keimanan yang Ia
yakini mengalahkan segala keluh kesah.
Terlihat senyum tersungging dari
wajah kalem Risa. Tangannya menikmati rintik hujan di bawah pohon bambu taman
Yat Wah.
Ketika lelah hadir, berhentilah
sejenak. Ingat… segeralah kembali berjuang untuk kehidupan ini. Yakinlah bahwa
setiap langkah, usaha akan menjadi pahala dari-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar