Selasa, 04 Oktober 2016

Waktu (4 thn)

"Kesiapan diri untuk suatu tujuan dibuktikan dengan tindakan serius yang nyata"

Semenjak memutuskan untuk merantau dan melewati awal usia dua puluh di Hong Kong. Beberapa hal penting dalam keluarga tak bisa menikmati langsung prosesnya.
Terkadang ada salah paham sederhana, yang dibicarakan melalui telephon bisa terselesaikan. Ada peristiwa yang sangat tak terduga juga hadir. Seperti saat ibu jatuh, terluka. Membuat panik tak terhingga. Dan rasanya waktu itu ingin pulang segera.

Peristiwa itu mengingatkanku pada  Mas Har, "Kamu yakin bisa menetap tinggal jauh dengan Ibu dan Bapak? Jika terjadi hal yang tak kamu inginkan. Pasti panik , sedangkan kamu belum tentu bisa segera hadir untuk mereka."
Yups, kepanikan itu sudah dua kali aku alami. Memang rasanya lebih sulit dari bertahan hidup sendiri disini. Jika hari berganti, hal kemarin akan terlupakan. Tapi tidak berlaku saat orang tercinta terluka, dan diri tak hadir disampingnya. Perih.

Komunikasi dengan keluarga, hal wajib. Mereka selalu menanyakan kegiatanku. Yang utama adalah, "Nurma sibuk banget ya di hari Minggu?, kenapa jarang telpon?"
Ada kesedihan dimana hari Minggu keluarga menikmati libur dan ingin berbicara banyak hal. Sedangkan aku memiliki jadwal padat.

Rasa ini akan menjadi suatu cerita pengalaman di hari selanjutnya. Kegiatan menjadi volunteer di beberapa organisasi membuatku belajar menerima dan mengatasi komplain. Bahkan di tempat magang tak jauh beda. Lucu sih rasanya, pahit-pahit sedih gitu. Tapi cukup membuat otak ini bekerja lebih  jernih lagi. Dan gak cengeng. Hhhhi
Sejak berada disini selama 8 bulan aku memutuskan untuk melanjutkan study. 4 bulan kemudian mengikuti organisasi sekolah. 6 bulan kemudian masuk organisasi nasional yang membuka cabang di Hong Kong. Selanjutnya, 6 bulan kemudian magang di kedutaan Indonesia.

Disinilah titik adrenaline terpacu lebih dari apa yang terjadi saat di tanah air. Bekerja keras memang sudah menjadi kebiasaan.
Diluar dugaan pastinya. Dibuat sederhana bisa, belajar oke, uji kemampuan apalagi.
Dimana kagiatan tersebut disini menyita strategi. Hingga Minggu adalah jadwal terpadat yang aku alami. Bahkan, setiap jam yang direncanakan harus matang 3-4 hari sebelumnya. Membagi tugas tiap minggu untuk organisasi dan bekerja, senin hingga rabu bisa untuk organisasi. Kamis hingga sabtu, full kerja.

Apa yang aku lakukan belum maksimal, dimana semua peran tak bisa maksimal di tiap masing bagian. Hingga terbesit, "Apa harus aku lepas semua amanah ini?". Namun jika dipikir ulang, ingat sebuah kata mutiara,"berbuat baiklah sebanyak mungkin. Karena kita tidak tahu kebaikan mana yang akan membawa ke Syurga."

Sudah pernah kehilangan satu amanah. Yang itu tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Memang bukan sebuah hal aneh, karena pada saat itu aku menerima amanah sama yang mungkin bertolak belakang dengan amanah lainnya.

Berada pada posisi berseberangan membuatku berdiri pada keadaan bimbang. Posisi manakah yang harus aku lanjutkan?. Terkadang ingin acuh, lakukan saja semampu saat ini. Toh bukan suatu pekerjaan yang utama.

Dalam menjalaninya aku selalu mempunyai teman yang siap aku serbu pertanyaan. Apapun itu. Tentang informasi negara, organisasi, hingga baiknya aku melangkah di bagian mana?. Mereka adalah terbaik.

Empat tahun berlalu. Saatnya mempersiapkan langkah kemana- dimana - apa selanjutnya. Ada teman berkata sebelum aku berangkat, "Orang yang sudah betah di luar negeri, pasti setelah pulang akan ke luar negeri lagi." Yups, dulu aku menyangkalnya. Dengan segala kesempatan yang ada, aku mulai setuju dengan kata itu. Akankah aku tak pantang menyerah untuk langkah itu? Dengan cara yang lebih menantang?

Ya, empat tahun dengan tambahnya usia. Keluarga mulai menanyakan "sudah siap menikah?". Padahal dua tahun lalu, di tolak halus jika ingin menikah muda. Lucu, dan lagi pahit-pahit sedih. Ternyata aku dihadapkan pada pemikiran ini. Dan... kesiapan untuk menikah adalah hal yang masih aku ungkapkan "takut". 
 
Menunggu, kesabaran yang utama. Jika suatu saat sang pangeran tiba. Akan ada janji sehidup sesurga, bayar semua waktu yang terlewati sendiri ini dengan kebersamaannya.
"Istri sholeha yang dijamin masuk melalui 8 pintu surga" ini adalah tujuan hidup utama seorang wanita. 
Semangat menikmati waktu muda. Hai, Hong Kong!!! 4 tahun aku hidup disini. Negara dengan lautnya tak pernah sepi. Bertemunya budaya timur dengan barat. Perusahaan internasional dengan berbagai warga negara bekerja di dalamnya. Tak pernah sepi dari mainland, hingga kehidupan tunawisma yang jelas ada. Empat musim yang cukup bersahabat. Dan tempat mendaki ter-enak yang pernah ada.

Em koi sai
Autumn, 4 Oct 2016


2 komentar: